Penulis : Wawan Novianto
Malam ini begitu gerah, asap menyelimuti sebagian bumi. Kebakaran hutan menenggelamkan bintang yang biasa kita nikmati.
Sesak masih ada tertinggal di hirupan nafas. Mungkin sampai di paru-paru.
Tiga orang pria dengan rambut cepak dan beperawakan tegap berdiri kokoh dihadapan sekitar 200 an orang dan aku salah satunya.
"Cepat buat yel - yel, masing-masing kelompok," instruksi salah satu pria tegap tersebut.
Malam ini suara lantang muncul, ratusan orang yang bersatus sama dengan ku terbagi dalam lima kelompok. Masing masing 40 orang.
Pecah malam itu dengan teriakan dan tawa tawa hangat mereka. Tak terhitung hentakan dan tepuk tangan berulang dari mereka.
Sayangnya, kelompok ku belum ada kata sepakat. Mungkin hati hati mereka masih terselimuti asap. Wajar saja, saat ini, mereka jauh meninggalkan keluarga di saat bencana asap datang.
"Bang, bagaimana kalo yel yel kita, ini yel yel, ini yel yel, sumpah ini yel yel," sebut Ikin, salah satu anggota dengan tiba-tiba. Tampak ia bersemangat. Tiba tiba pecah tawa lainnya. "Tapi itu keren," timpal lainnya dari belakang barisan.
Dan akhirnya ini yel yel, ini yel yel ala ikin viral diseluruh peserta.
Redaksi lengkap ini yel yel : "Ini yel yel, ini yel yel, sumpah ini yel yel" diucapkan oleh instruktur, dan ditirukan peserta kalimat per kalimat.
.......
"Duduk Siap grak!!"
"Sebelum makan, mari berdoa, berdoa mulai!"
"Berdoa selesai"
"Selamat makan" jawab para anggota dengan serentak dengan panjang.
Itu sebuah adegan yang tak pernah lepas saat makan. Lalu tinggal suara denting sendok saja bersautan tak beraturan. Dilarang bersuara selama makan, namun masih saja bisik-bisik terkadang mewarnai ruang makan.
"Kenapa makan tidak pakai sendok!" sentak seorang pengawas yang juga berbaju loreng.
"Saya dari kampung pak" dengan wajah tengil seorang peserta menjawab.
"Semua pakai sendok, jangan berbeda dari lainnya, sudah diatur makan harus pakai sendok" semprot pengawas itu.
"Saya tidak tau pak" jewab pemuda tengil itu.
"Menjawab pula!" sampai memerah nanar mata pengawas itu.
Malam itu makanan rasanya sudah seperti makanan basi karena nafsu makan kami hilang. Entah polos atau memang ego, salah satu anggota yang memang sedikit tengil itu seperti tak mau mengakui kesalahanya.
........
Hari memang sedang panas, tapi kantuk kantuk itu menggerogoti mata. Dalam ruang kelas, seorang widiaswara terus saja berbicara kosep ANEKA. konsep yang harus dipahami ASN katanya.
Melihat banyak peserta yang lesu, widiaswara meminta salah satu dari peserta memimpin yel - yel. Tapi gelak tawa malah pecah.
"Tau kenapa kalau semut bertemu semut lainnya geleng kepala ?"
Tak ada yang menjawab dari para peserta di ruang kelas.
"Dulu, saat banjir nabi Nuh, semua hewan berkumpul. Nabi melarang hewan hewan itu berhubungan badan di dalam perahu. Di malam yamg dingin, kucing tak tahan dan akhirnya berhubungan badan. Disudut kapal, di dak paling bawah. Meski sudah sembunyi, ada saja yang melihat, yaitu anjing. Anjing mengatakan, tenang teman, ini tidak saya ceritakan pada nabi. Namun kucing terlalu takut. Akhirnya, kucing mencari akal, bahaimana agar anjing tidak dulu melapor pada nabi. Akhirmya kucing membuat fitnah. Ia mengatakan pada nabi bahwa anjing telah berhubungan badan diatas kapal. Maka nabi menghukum anjing, menjadi makhluk yang najis selama di dunia. Alangkah sedihnya anjing, dan anjing membalas perbuatan kucing dengan doa agar, setiap kucing berhubungan badan, semua orang tau. Begitulah kini, setiap kucing berhubungan badan semua orang tau"
"Nabi marah besar dan memotong semua kelamin hewan hewan. Lalu membuangnya ke laut saat banjir. Setelah banjir surut, hewan hewan itu berlari dan berebut alat kelamin. Kuda karena paling kencang berlari, dia dapat paling besar. Bebek yang terlambat, dapat yang lembek.
Dan semut, tak dapat. Maka karena itu, sampai saat ini, jika semut bertemu temannya, ia berkata, apakah sudah dapat? Maka mereka saling menggeleng kepala"
Ustad Rifqi memang suka stand up comedy yang dibumbui cerita cerita israliat.
....
Fragmen fragmen konyol memang, tertawa dibuatnya. Sama halnya dengan poster poster demo mahasiswa yang hanya bisa kunikmati lewat sosial media. 18 hari di hotel untuk menjalani pelatihan, memaksa ku hanya bisa melihat fenomena aksi mahasiswa dan anak anak STM dari sosial media.
Sama dengan potonga cerita di hotel Rasaki itu, kekonyolan poster mahasiswa dan anak anak STM itu ternyata adalah hal yang benar benar hadir dari alam bawah sadar.
Mulai protes selangkangan sampai denda Rp 10 juta karena binatang peliharaan, adalah bentuk dan gambaran polosnya generasi.
Sama hal nya dengan yel yel "Ini yel yel" atau makan tanpa sendok, adalah kepolosan. Polos seperti tawa saat tau apa yang dibicarakan semut.