HOT TOPICS:
#Nasional





Mengenal Dr. dr. Hj. Nadiyah Maulana, Sp.OG Rektor Wanita Pertama di Jambi

Minggu, 05 September 2021 | 14:39:17 WIB


Sekilas tak menyangka jika wanita yang dikenal sebagai ahli kandungan itu sebagai Rektor sebuah perguruan tinggi. Selama ini memang Dr. dr. Hj. Nadiyah Maulana, Sp.OG memang dikenal sebagai dokter yang menghabiskan waktunya melayani pasien membantu ibu - ibu melahirkan.

 

Tapi siapa sangka, dokter kandungan itu seorang Rektor wanita pertama di Provinsi Jambi. Tepatnya ia menjadi Rektor dari Institut Agama Islam Muhammad Azim (IAIMA) Jambi. IAIMA sendiri salah satu perguruan tinggi swasta terbesar dibawah naungan Departemen Agama di Jambi. Saat ini kampus yang dulunya Sekolah Tinggi Ahsanta itu memiliki 7 (tujuh) Fakultas dengan puluhan dosen dan ribuan mahasiswa.

 

Kiprah Istri Wakil Walikota Jambi dokter Maulana ini dibidang pendidikan tidak perlu diragukan. Buktinya wanita yang lahir 22 Agustus 1976 ini dari tahun 2010 pernah menjadi Direktur Akademi Kebidanan Jakarta Mitra Sejahtera, lalu menjadi ketua Perguruan Tinggi Ahsanta.

 

Bahkan sebagai Doktor Manajemen Pendidikan Pakuan Bogor 2018 ini sudah berprofesi sebagai pengajar sejak kuliah di kampus Brawijaya Malang, sebagai asisten Dosen. Lalu menjadi dosen profesional dengan memiliki NIDN sejak 2010 yang lalu.

 

Perempuan yang juga merupakan ibu dari lima anak itu tercatat sebagai perempuan pertama yang menjadi rektor di provinsi Jambi. 

 

Dr. dr. Hj. Nadiyah sebelumnya merupakan staf pengajar di akademi kebidanan, lalu di perguruan Ahsanta dan Kemudian Fakultas Manajemen Pendidikan Islam di IAIMA, dengan jabatan Lektor 300. Setelah lulus menjadi seorang dokter dengan predikat cum laude pada 2000 menjadi pengajar di almamaternya sejak 2000 - 2004 sebagai dosen.

 

Sembari mengajar Nadiyah melanjutkan studi di almamaternya hingga meraih gelar Master atau spesialis Obstetri dan Ginekologi di Brawijaya pada 2004. Setelah itu studi S3 Manajemen pendidikan di universitas Pakuan Bogor lulus 2018. 

 

Motivasinya ingin jadi rektor yaitu ingin memberi lebih pada masyarakat. “Saya ingin memberi lagi kepada masyarakat dan membuat IAIMA tempat yang nyaman bagi mahasiswa, dosen, tenaga pendidikan, dan stakeholder lainnya,” ungkapnya.

 

Perubahan besar yang akan dilakukan dengan menjadi rektor yaitu ingin membenahi IAIMA secara mendasar agar maju di kancah nasional dan internasional.

 

Visi atau motivasinya menjadi Rektor perlu membangun manajemen institusi yang tangguh mendukung inisiatif transformasi. Rektor dengan cermat mengenali kompetensi spesifik para dosen dan tenaga kependidikan. “Untuk secara tepat atau ramping dan objektif ditempatkan sesuai keunggulannya.”

 

Dengan pendekatan Human Capital Management, tenaga kependidikan dan staf profesional didorong memperkuat fungsi-fungsi manajemen institusi. Sedangkan dosen lebih fokus pada peran sebagai ujung tombak riset unggulan.

 

Rektor juga dituntut untuk bersikap adaptif. Sistem tata kelola harus menjawab tuntutan perubahan terutama kebutuhan dana untuk implementasi transformasi. Potensi dari model-mode bisnis baru perlu dikaji bersama. Sebagai contoh strategi aliansi dengan pusat riset, program studi unggulan, industrial linkages, inkubator bisnis, studi lanjutan.

 

Sementara mahasiswa mendapat asahan menjadi insan yang memiliki karakter, integritas, dan jiwa kepeloporan. Aspek kemahasiswaan harus adaptif terhadap kebutuhan generasi muda antara lain dengan perkuatan pusat pengembangan karir, organisasi kemahasiswaan, kuliah kerja nyata bervisi keberlangsungan dan keberagaman. “Fasilitas dan operasional multikampus yang berwawasan lingkungan untuk mendukung atmosfer akademik yang dinamis.” (*)


Advertisement

Komentar Facebook